Romantika Cinta Anak SMA dalam Film You Are The Apple of My Eyes

Romantika Cinta Anak SMA dalam  Film You Are The Apple of My Eyes

Oleh : Totoh Wildan Tohari



Masa-masa SMA merupakan periode transisi terbaik untuk menuju dewasa. Cinta menjadi salah satu bumbu yang tak bisa lepas dari masa-masa SMA. Sudah banyak film yang membahas tentang Cinta masa SMA, tapi film Taiwan berjudul “You Are The Apple of My Eyes” adalah pilihan tepat bagi siapapun orang yang ingin mengenang kisah cinta semasa SMA.

Ko teng, tokoh utama digambarkan sebagai lelaki remaja yang sangat nakal, bodoh dan mempunyai obsesi menjadi seperti Bruce Lee. Hal ini dapat dilihat dari keuletan Ko Teng berlatih bela diri dan banyaknya poster berwajah Bruce Lee.

Shen Cha Yi, perempuan cantik dan  paling cerdas di sekolah mereka. Penggambaran ini sering ada di saat kita belajar di SMA. Karena hal ini, banyak anak laki-laki di sekolah Ko Teng bermimpi bisa menjadi pacar Shen Cha Yi.

Selain ke-2 tokoh utama tadi, masih ada 4 sahabat Ko Teng  yang akan membuat penonton geli melihat tingkah mereka. Ketiga sahabat tadi memiliki perangai yang beragam, Bochun, teman karib Ko Teng yang selalu ereksi setiap hari apalagi jika melihat perempuan. A Ho, berbadan gendut serta sangat suka makan, hal positif dari tokoh ini adalah sisi kedewasaannya. Lao Tsao, sahabat Ko Teng yang senantiasa bersaing dalam banyak hal, terutama perempuan. Liao Ying Hung, sahabta Ko Teng yaitu kerjaanya hanya menggaruk garuk bagian selangkangannya. Menggelikan sekali bukan.

Film ini mencampurkan dua sisi problematika anak SMA sekarang, yaitu masalah cinta dan kegemaran menonton film porno. Cinta menjadi tema utama dalam film ini, sedang sisi pornografi menjadi awal cinta mereka.

Awal cinta mereka sungguh sangat ideal untuk diceritakan. Ko Teng dan Bochun yang memiliki kegemaran menonton film porno kedapatan sedang “berimajinasi” tentang hal yang berbau sex. Dan yang menjadi objek imajinasi adalah guru mereka yang sedang didepan kelas ! Karena ketahuan melakukan hal tidak senonoh dikelas tadi, akhirnya Ko Teng dipindahkan bangku duduknya dan dijauhkan dengan Bochun. Celakanya Ko Teng ditempatkan berada tepat di depan  bangku Shen Cha Yi. Tapi disinilah cinta Ko Teng dan Shen Cha Yi dimulai.

Karena tersinggung disebut bodoh oleh Shen Cha Yi, akhirnya Ko Teng bersaing menjadi yang terbaik di kelas. Mereka bertaruh, jika Ko Teng menang maka  Shen Cha Yi harus mengucir rambutnya, sedang jika Shen Cha Yi menang maka Ko Teng harus mencukur habis rambutnya. Muncul pertanyaan, apakah sutradara akan membuat keajaiban pada Ko Teng atau menjadikan cerita menjadi logis dengan memenangkan Shen Cha Yi ? Ternyata sutradara lebih memilih logika untuk menang, tapi disinilah cerdiknya si pembuatnya naskah, meski kalah Shen Cha Yi tetap mengucir rambut panjangnya. Hal ini membuat Ko Teng kemudian mulai jatuh cinta pada Shen Cha Yi, tapi bagaimana dengan perasaan Shen Cha Yi sendiri ?

Setelah beberapa waktu berlalu, mereka lulus dan  Shen Cha Yi menjadi lulusan terbaik. Tibalah kita kepada waktu yang dibenci, melanjutkan kuliah dan berpisah dengan sahabat semasa SMA. Ko Teng dengan ketiga sahabatnya berhasil masuk Universitas Negeri. Shen Cha Yi juga lulus tapi gagal masuk ke Universitas impiannya. Pada malam setelah mengetahui kegagalannya, Shen Cha Yi menangis tersedu-sedu di pundak Ko Teng. Dia menangis begitu lama, mungkin semalaman suntuk. Meski tidak sesuai impinanya, Shen Cha Yi tetap pergi ke kota untuk melanjutkan sekolahnya. Momen perpisahan terjadi antara Ko Teng dan Shen Cha Yi, mereka berangkat dari stasiun yang sama. Sebelum benar-benar pergi, Ko Teng memberikan kaos kepada Shen Cha Yi sebagai kado perpisahan. Gadis itu menerimanya dengan tersenyum bahagia di sepanjang perjalanan kereta api.

Hanya pertanyaan apakah Shen Cha Yi jatuh cinta kepada Ko Teng sampai kepergiannya tidak terjawab, sampai di suatu hari mereka ternyata tetap berhubungan dan menghabiskan liburan musim dingin bersama. Hanya saja, liburan ini masih dalam sebatas ikatan “pertemanan”. Sampai menjelang mereka pulang, Ko Teng akhirnya menyatakan cintanya. Sambil memegang lampion besar, mereka menuliskan impian mereka. Menjelang lampion itu diangkat keudara, Ko Teng memberikan testimony cintanya, yang kira-kira bunyinya seperti ini :
“ Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Setiap hari aku memikirkanmu. Suatu hari nanti aku pasti memilikimu”.

Hanya saja, ketika Shen Cha Yi akan memberikan jawaban atas pernyataan cinta tadi, Ko Teng menolaknya karena takut cintanya ditolak. Selepas itu, Ko Teng ingin membuat Shen Cha Yi kagum dengan membuat turnamen bela diri bebas di asramanya, ternyata respon Shen Cha Yi berlawanan arah. Dia menganggap itu adalah kejuaran konyol, dan kemudian mengatakan kepada Ko Teng untuk jangan mengejar lagi dirinya.
Mungkin klimaks dari kisah cinta anak SMA ini. Tak ada kisah cinta indah, karena mereka pada akhirnya berjauhan dan tidak pernah bertemu lagi dalam waktu yang lama. Mendengar Shen Cha Yi dan Ko Teng berjauhan, terjadilan peristiwa yang sangat dibenci setiap teman, tindakan “tikung menikung” oleh A Ho. Bukannya prihatin mereka berjauhan, A Ho malah memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan Shen Cha Yi yang sejak SMA diidam-idamkannya. Si penulis cerita sungguh tega, dia menuliskan cerita dengan membiarkan Shen Cha Yi menerima cinta A Ho.

Sementara dilain tempat, ketika A Ho menyatakan cintanya, Lao Tsao yang selama ini bersaing dengan Ko Teng dalam segala hal, berniat ingin memiliki Shen Cha Yi. Sungguh kedua teman yang sangat tega, memanfaatkan momen keretakan Ko Teng dan Shen Cha Yi untuk kepentingan sendiri. Tapi inilah hebatnya film, membuat jalan cerita yang sangat logis dan nyata. Bahwa dalam hal asmara, dimanapun itu, cinta selalu membuat orang buta dan melupakan sementara semua ikatan pertemanan. Karena terlambat dan tertikung oleh A Ho,  Lao Tsao menjadi kalap dan emosi. Dia mendatangi Ko Teng, membawanya mengitari kota dan kemudian mengajak berkelahi untuk melampiaskan semua amarahnya. Sungguh sangat menyedihkan Lao Tsao, dulu kalah sama Ko Teng kini oleh A Ho.

Tapi baiknya si penulis naskah, hubungan A Ho dan Shen Cha Yi hanya sekejap saja. Ketika melihat seorang sepasang laki dan perempuan bertengkar di jalanan, Shen Cha Yi teringat kembali kenangan dengan Ko Teng. Selepas itu Shen Cha Yi memutuskan hubungannya dengn A Ho.

Setelah lama tak saling kontak satu sama lain, bencana alam gempa ternyata menjadi “takdir” Tuhan yang menghubungkan keduanya. Karena saking takutnya gempa melukai Shen Cha Yi, Ko Teng dengan sambil memegang HP mencari sinyal untuk menghubungi Shen Cha Yi. Disinilah hal yang mesti dipertanyakan, bagaimana mungkin Ko Teng mengetahui no HP Shen Cha Yi ? Apakah mereka telah lama berhubungan atau diam-diam Ko Teng menyimpan no HP gadis tadi ?

Percakapan Ko Teng dengan Shen Cha Yi akhirnya memberikan jawaban atas pertanyaan mendasar dalam film ini, “apakah Shen Cha Yi mencintai Ko Teng  ?” . Jawabannya ya, di sebuah bagian percakapan, Shen Cha Yi memberikan pertanyaan ekspisit tentang perasannya, kira-kira seperti bunyinya :
“Aku berharap dunia parallel itu ada. Disana katanya semuanya serba terbalik. Aku sangat iri kepada mereka di dunia parallel”.

Pernyataan tadi memberikan pesan bahwa sesungguhnya, Shen Cha Yi memang ingin bersama Ko Teng.  Tapi apakah selepas itu mereka hidup bersama ? Penulis naskah memberikan akhir film yang sangat menyakitkan bagi penontom yang ingin mereka hidup bersama. Ko Teng diceritakan menerima telepon, pada awalnya dia bahagia menerima telepon dari gadis yang selama ini dicintainya. Ternyata isinya sangat mengejutkan, Shen Cha Yi akan menikah dan mengundang Ko Teng.

Sampai disini, pada akhirnya memang terdapat satu hal yang pasti dalam setiap hubungan, yaitu kepastian itu mutlak. Kegagalan Ko Teng mendapatkan Shen Cha Yi, dikarenakan dia terlalu takut untuk ditolak atau bahasa sederananya terlalu pengecut. Meski ending ceritanya tidak membahagiakan tokoh utama, tapi ,melalui film ini cerita anak SMA dibuat dengan sangat baik. Perpaduan romantisme dengan sisi komedi bercampur menjadi satu bagian.


Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa film ini memberikan satu pesan sederhana lainnya, bahwa cinta dan pertemanan adalah dua hal yang berbeda. Teman-teman Ko Teng tidak mempedulikan Ko Teng dan lebih memilih ego masing-masing. Meski tetap berteman, itu tetap menjadi catatan dalam film ini. Selamat bernostalgia bagi yang baru menonton film ini. 

Comments

Popular posts from this blog

Sinetron Dunia Terbalik dan Kampanye Kesetaraan Gender

Mahasiswa Sulit Bangun Pagi

Cerita Liburan